1.
Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah
banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk
dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga,
masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola
bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau
bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh
lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri
khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat
luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga
pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang
benar.
2. Perkembangan
Bahasa Remaja
Dilihat
perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan
kemampuan berbahasa individu, maka tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan
ke dalam tahap – tahap berikut ini:
a.
Tahap
Pralinguistik atau meraban (0.3 – 1.0 tahun)
Pada
tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai
fungsi komunikatif. Pada umur ini anak mengeluarkan berbagai bunyi ujaran
sebagai reaksi terhadap orang lain yang ada disekitarnya sebagai upaya mencari
kontak verbal.
b.
Tahap
Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun)
Pada
umur satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang di ucapkan
oleh anak-anak ini harus di pandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek
intelektual maupun emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya
terhadap sesuatu. Anak yang menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau main
mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil sama ayah” atau “saya minta
diambilkan mobil mainan” dan sebagainya.
c.
Tahap
kalimat dua kata (1,8 – 2,0 tahun)
Pada
tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya
dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan
istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat. Misalnya anak
mengucapkan “mobilan siapa?” atau bertanya “itu mobilan milik siapa” dan
sebagainya.
d.
Tahap
pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0 tahun)
Pada
tahap ini anak mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah,
ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata
jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara
berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan
anak.
e.
Tahap
pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun)
Pada
tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih
kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan
komplementasi, relatifasi, dan konjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang
dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari
keteraturan- keteraturan tata bahasa dan fonologi dalam bahasa terkait.
f.
Tahap
kompetensi lengkap (11,0 tahun - dewasa)
Pada
akhir masa kanak-kanak, yang kemudian memasuki masa remaja dan dewasa,
perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan, dan
semakin lancar, serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi
tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara
lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena
itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Umur Anak
Manusia
bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya
pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang
sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi
sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis
yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan
cara berkomunikasi dengan baik.
b. Kondisi Lingkungan
Lingkungan
tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan
dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada
dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud
termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain,
kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
c. Kecerdasan anak
Untuk
meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan
motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan
meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun
kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik
lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga
yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik
bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi
berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak
perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik
dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
e. Kondisi fisik
Kondisi
fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ
suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
4.
Pengaruh
Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling
mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan
berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain.
seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide
dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan
gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap
arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang
diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi
tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan
kekurangmampuan dalam bahasa.
5. Perbedaan Individual dalam Kemampuan
dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke
dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang
lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol,
mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata
dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam
hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang
berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak
dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ
menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan
mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka
berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena
kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan
yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang
berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan
dan perkembangan bahasanya.
6.
Upaya pengembangan
kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Pertama,
anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah
diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan
cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat
kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua,
berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan
menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara
tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah
dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid
mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah
dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar